Jumat, 16 September 2011

Kita Belum Memulainya


Kamu pergi lagi setelah tak berapa lama pulang. Pekerjaanmu membuat kita jarang terlihat bersama. Selalu begitu.
Pernah ku berfikir "apa harus begini?" "akankah seperti ini terus?"
Hehehe....pertanyaan itu terlalu posesif, terlalu mengikat langkahmu disisiku, sementara kepastian itu belum terlihat sama sekali, tak hanya samar, bahkan masih tanda tanya.

Lalu harus bagaimana?
Mengapa seumur hidup manusia selalu berselubung tanda tanya?
Kamu, Aku, Hidupmu, Hidupku, apa iya nantinya kita akan berjodoh?
Tak ada yang tahu kan!
Aku, Kamu, kita semua, tak ada yang bisa menjawab.
"Kita usahakan" itu katamu suatu hari saat ku iseng bertanya lagi
"Bagaimana kalo tidak bisa?" kataku lagi
"Aku akan memohon pada orang tuamu" Jawabmu kemudian.
"Kalau tetap tidak?" Tanyaku lagi
"Pokoknya kita harus memperjuangkannya" Jawabmu mulai tak nyaman.
"Seandainya kita memang tidak berjodoh, bisakah kamu ikhlas?" Nadaku serius
"Jangan bertanya lagi, hanya aku yang akan menikahimu" Jawabmu tegas, hampir marah bahkan.
Menatapmu dalam diam, mengamati wajahmu dalam gurat tak jelas, tapi aku menemukan satu hal yang ku percayai sendiri, kamu mencintaiku.
"Lalu kapan?" tanyaku kemudian, mencoba menimpali jawaban terakhirmu. Tapi tak ada jawaban. Tentu saja tak ada...pertanyaan itu hanya sampai di tenggorokanku, udara tak menangkap suara apapun untuk di getarkan langsung ke gendang telingamu.

"Kamu bersabarlah sayang, banyak hal yang harus dipersiapkan agar aku merasa pantas dan dapat memintamu pada orang tuamu" Katamu seolah mendengar pertanyaan yang tersendat di kerongkonganku.
"Sampai kapan?" sahutku malas.
"Sabar, semua ada jalannya, jangan tanyakan itu lagi karena membuatku semakin terbebani. kamu tahu persis keadaanku. Kamu cobalah mengerti dan menghargai setiap usahaku, aku siang malam bekerja juga untuk kamu, untuk kita. Semua akan indah pada waktunya"
Tak terhitung berapa kali sudah kau ucapkan hal serupa ini hanya untuk menenangkanku. Awalnya aku mungkin merasa tenang dan yakin tapi kemudian jawaban itu terlalu sering kudengar dan tak lagi membuatku merasa terpuaskan. Hm...mungkin aku butuh kepastian yang lebih pasti dari apa yang telah kita jalani saat ini.

Aku mencintaimu, tapi kamu masihkah seperti itu?

Bagiku cinta tak cukup terselesaikan dengan apa yang dirasa saat ini. Bagiku, Menikah bukanlah penyelesaian akhir tapi merupakan konsekuensi awal sebelum akhirnya cinta benar-benar diuji kesetiaannya dalam biduk rumah tangga dan berakhir indah di tarikan nafas terakhir dengan gelora cinta di dada yang masih sama seperti dulu, sejak pertama kali, ketika simbol cinta terlingkar dijari sebagai pertanda aku milikmu, kau milikku, selamanya.

Dan kita, belum memulainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar