Minggu, 13 November 2011

Walk together



Kemana gerangan gairah yang begitu membuncah? Apa ia tertinggal jauh dibelakang bersama "dulu"? Mengapa? Mengapa tak berjalan bersama, beriring dan bergandeng kemana pun pergi?

Raga telah sampai disini, jauh di depan, mengikut dan terikut waktu. Tapi gelora cinta berjalan sedikit demi sedikit dengan langkah - langkah kecil di belakang. Ada Apa? Apa yang salah? Atau justru lelah? Jangan begitu, membuat raga sedih saja.

Bisakah tetap berjalan, lebih cepat, mengejar dan mensejajarkan langkah?
Tolonglah....
Demi cinta yang sebenar - benarnya cinta
Bisa kan..!!!

Kamis, 22 September 2011

...MaaF...


tak bisa kutegakkan kepala dan menatapmu dalam seperti kemarin
tak sanggup kumelihat matamu, mencari dan menemukan diriku lagi disana
semua karena aku terlalu menyayangimu
dan menyayangimu adalah sebuah kesalahan

seharusnya
aku tetap menjadi diriku yang dulu

mengagumi diam-diam
tanpa kau tau, hanya aku, tak perlu ada kita

entah mengapa akhirnya semua menjadi jelas
sangat jelas, kamu dan aku
tapi tidak untuk kita

maaf pernah menyimpanmu dihatiku
maaf bila terpaksa kau tau kau ada disana

aku akan pergi
sehingga kau tak merasa terusik

aku akan pergi 
dengan tetap menyimpanmu dihatiku atau membuangnya
tak perlu kau tau lagi

biarlah itu menjadi urusanku sendiri

Memories of mine


Ini adalah kisahku
Dimana aku dihadapkan oleh aturan dan perasaan. Disatu sisi aku dituntut untuk tidak menghadirkan cinta diruang hati. Sementara disisi lain, cinta adalah kekuatan jiwa, adalah halimun tipis yang melingkupi sisinya dan menyelubungi kerangka keberadaannya.




Cerita ini berawal ketika seorang pria jangkung dengan rambut sebahu datang kepadaku menawarkan dunia cinta miliknya. Yang katanya aku bisa membangun surga asmara diatas lapang kasihnya, menabur benih asmara di ladang hatinya, memupuk dengan asmara dan menyiraminya dengan kerinduan. Benih asmara akan selalu berbuah cinta yang siap dituai dengan kebahagiaan. Sungguh tawaran yang sangat menggiurkan segenap jiwa dan perasaan untuk segera ikut larut bersamanya.

Namun layaknya seekor burung yang terkurung diantara ketidakberdayaan, aku berdiri ditengah kebebasan semu. Langkahku terpasung oleh aturan yang berkedok kebijaksanaan. Ya….. aku hanyalah bagian dari penguasa suatu komunitas, dan cinta adalah perasaan yang tidak bisa kami miliki. Tapi bukan berarti sang penguasa tidak memiliki rasa cinta sama sekali. sesungguhnya dibalik keangkuhan dan kemurkaan sang penguasa, beliau memiliki hati yang arif dan bijaksana. Sang penguasa hanya tidak ingin rasa kasih yang berlebih diantara kaumnya merusak komunitasnya yang dianggap suci.


Aku sendiri tak berani mengkhianati janji. Kuputuskan untuk tetap berada dalam kesendirian, mengubur kehadirannya dalam ketidakpedulianku dan membiarkannya pergi temukan kasih lain pada pribadi yang berbeda. awalnya ini karena aturan yang mengikatku, lalu kemudian kurasa ini juga karena aku merasa kau menjadikanku sebagai pelarian atas hatinya yang tersakiti oleh sahabatku, Dia menjadikanku sebagai sebuah pelarian atas cintanya yang terluka adalah hal yang tidak mudah untuk menjajarkan hatinya dan hatiku, sehingga kularikan perhatianku pada seseorang yang pun telah mengusik simpatiku. Dan dia adalah sahabatku dan juga kerabatnya. Aku mengaguminya tapi kutahu kutak bisa mengharapnya. Kulakukan semuanya karena ku ingin Pria jangkung dengan rambut sebahu menyerah atas rasanya padaku. Kemudian suatu hari ku tulis ragkaian bait surat untuknya, kukatakan padanya aku tidak memiliki rasa yang sama untuk bisa kusodorkan sebagai pelengkap kebahagiaannya. Tapi sang pria jangkung tak seperti yang kukira.

Bersamaku adalah pilihan yang tidak bisa diabaikan. Mulanya keteguhanku berdiri kokoh dalam sebuah konsekuensi, bahwa parsahabatan adalah satu-satunya hubungan yang bisa ada. Tapi akhirnya, keteguhan itu luluh bersama ketidakberdayaan dan rasa simpati yang sebernarnya telah ada sejak awal ia datang.

Ya…… karena ketulusan dan keseriusannyalah yang memaksaku untuk mengulurkan tangan, meraih rayu, pesona dan janjinya, mendekapnya dalam satu asa dan melihat bahwa ini adalah kebahagiaan yang nyata.
Kurasa aku memang menyangnya,,,, akuku suatu hari saat mengenang awal kehadirannya.
Saat itu di sebuah dapur sekolah yang menurutku kotor dan jorok, dia datang menyapa kami, adik-adik juniornya yang sebagian dari kamipun baru ia kenal malam itu, termasuk aku.

Aku menatapnya dengan tatapan yang lain, kuamati penampilannya yang kurasa aneh...baju putih, khas sailor, rambut panjang sebahu diikat, dia datang menyapa...beberapa kali kumenatapmya aneh tapi aku suka...itu gaya yang belum pernah ada disini. Dia tampil apa adanya, tak berusaha membuat image sebagai seorang ustadz, dia tampil apa adanya dan itu yang membuatku suka...
Esok hari....dia kembali lagi mengunjungi kami di sebuah dapur kotor dan jorok milik sekolahku, tapi disanalah kami menikmati semua makanan yang membuat kami tumbuh dewasa bersama segala aturan, emosi dan liku hidup di dunia kecil buatan manusia-manusia yang bermukim di dalamnya. Aku tersenyum sembari menenggelamkan kepalaku dalam rasa malu, Astaga...ada apa denganku, mengapa berharap aku bisa menjadi adik kesayangannya, tidak bisa. aku bukanlah siapa-siapa untuknya dan tak mungkin dia menoleh pada anak kecil yang dekil dan bergaya kampungan yang hidupnya terkurung dalam sebuah dunia kecil dengan setumpuk atruran yang katanya di balut oleh aturan-aturan bernuansa religi...kenangku...

Hatiku gelitik, menahan degup jantung yang lebih cepat dari biasanya, saat dia tepat berdiri di sampingku, menyapaku penuh sahaja di sebuah dapur berdinding seng hitam oleh asap-asap masakan sehari-hari kami. Aku tersenyum penuh bangga...dia menyapaku...kemudian kutertunduk dalam rasa bercampur aduk, antara senang dan menahan diri untuk tak mengharap ini bisa lebih dari sekedar persaudaraan
Ya...itulah awal simpatiku padanya, dan itu menjadi kenangan yang indah sampai suatu hari dia kembali datang membawa rasa yang dulu pernah kuidamkan, tapi rasa itu menjadi tak sempurna saat kutahu pria jangkung dengan rambut sebahu datang padaku tak lama setelah hatinya terluka karena sahabatku tak mengizinkan kehadiran pria jangkung bersemayam di hati dan rasanya.
Pria jangkung dengan rambut sebahu datang padaku

Namun……..

Apa yang dibangun diatas keterpaksaan tak akan berujung pada keabadian yang hakiki, setulus dan sejujur apapun rasa itu terungkap, tetaplah terdengar dusta olehku. Seindah dan sebahagia apapun detil yang terlewatkan oleh waktu, tetaplah sebagai suatu penyiksaan panjang bagiku. Bagaimanapun berharganya kebersamaan itu, namun tiap detik yang terlumatkan oleh waktu adalah sia-sia untukku. Tapi aku adalah aktor hebat diatas panggung sandiwara, atas nama kemunafikan kulakonkan tiap episode cinta sang pria jangkung.


Mungkin ia tak tahu akan kebohongan ini. Ia terus saja menyayangiku, memberi perhatian yang yang tak bisa kubalas. Satu-satunya yang kulakukan adalah membiarkan dirinya menikmati rasa itu seorang diri, hingga suatu hari ia menyadari kesendiriannya, menuntut jawab atas kebungkamanku, mulai menanyakan mengapa menghindar adalah cara ampuh untuk bisa lepas dari perhatiannya. Mungkinkah ia mulai jemu menghadapiku yang selalu bersikap dingin terhadapnya. Tanya itu menyelinap begitu saja dalam benakku tanpa memberi kesempatan untuk mengungkap jujur yang selama ini menggantung dilangit kebohongan.

Seperti biasa, aku memujinya, menyodorkan sangkalan manis untuk menudahi kecurigaan yang harusnya berwujud kebenaran. Betapapun aku ingin terlepas dari kepura-puraan ini, tapi aku tak pernah tega melakukannya. Aku tak kuasa bila harus melebur kebahagiaanya menjadi kepingan hati yang terluka. Namun jalan yang kami lalui justru melahirkan rasa serba salah pada masing-masing pribadi. Aku ataupun dirinya tak tahu pasti akan imbalan atas perasaan yang menyelubungi hati kami.


Cinta memang misterius.
Tak seorangpun tahu kapan dia datang dan pergi. Seperti saat itu, kebersamaanku dengannya ternyata menyisakan simpati, dan sayangpun tumbuh diantara kepalsuan. Lalu aku berniat mengubah segala kepalsuan menjadi sesuatu yang tulus, dan memulainya dengan rasa simpatiku padanya. Tapi saat aku baru saja menikmati rasa itu, ia membuat satu kesalahan. Sepele mungkin, tapi tidak untukku. Satu kata darinya cukup membuatku terlihat begitu bodoh dan malu didepan orang banyak. Jika boleh meminta, aku mau tanah tempatku berpijak menganga dan menelanku sampai aku tak bisa mengingat apa-apa lagi tentang hari itu.


Kepalsuan yang masih tersisa serta rasa indah yang kupunya, melebur dalam amarah, lalu emosi akhiri semua yang ada. Tapi seperti yang telah lalu, pria jangkung tak pernah mau menerima kata tidak dariku. Kali ini ia kembali datang padaku. Jelas terlihat sesal dibalik tatapnya. Keangkuhan sang pria jangkung tertunduk dihadapan beku jiwaku.


Kadang aku merasa tersanjung. Betapa banyak cinta yang ia punya untukku, sementara aku………aku tetap tak bisa menjajari ketulusan yang bertahta dihatinya. Simpati dan sayang yang pernah ada kini berganti kesal, karena egoku tak jua reda oleh pesona dan harapnya.
Akhirnya keputusanku membuatnya jauh. Mestinya ini membuatku lega, karena tidak lagi harus bermain diantara kepalsuan, kalaupun pernah ada rindu untuknya, setidaknya belum terlambat untuk dilupakan.


Kukira kisahku berakhir seiring kepergiannya, ternyata aku salah. Luas samudera yang diarunginya ternyata bukan untuk melupakanku, justru ia memberiku kesempatan untuk mencari cinta yang pernah kubuang entah dimana. Agar dua tahun kemudian, saat kapalnya kembali berlabuh di kota Daeng, sudah kutemukan kembali cinta yang ia minta. Akh…betapa egoisnya ia terlahir sebagai seorang pria. Haruskah aku kembali padanya, jika memang begitu, harus selama itukah aku menunggu tanpa tahu pasti imbalan apa yang kuterima diujung penantian. Namun akhirnya ketulusannya pulalah yang meluluhkan keangkuhan yang tegak berdiri dihadapan arogansiku. Ya….seperti yang ia mau, aku menunggunya.


Meski bukan inginku untuk menunggunya, tetapi hatiku tak berani menodai putih janjinya. Karena kepercayaanku padanya, kutepis cinta lain yang coba datang padaku dan menyerahkan diri pada ketidakpastian. Tiga purnama aku menunggu tak juga ada tanda-tanda, tertelankah ia oleh garangnya ombak atau adakah ia kembali seperti yang dijanjikannya. Tapi saat kutahu beritanya, akhirnya aku sadar bahwa yang kulakukan selama ini hanyalah sebuah ketololan. Satu hati telah mengisi kehampaanya disana dan saat ia benar-benar pulang, ternyata dialah wanita yang dipilihnya untuk menemani kesendirianya. Selamanya………sampai waktunya tiba.


Satu senyum tersungging diantara rapatnya katupan bibirku, aku sendiri tak bisa menerjemahakan senyum itu. Tapi jauh dilubuk hatiku, kurasa ada sesuatu. Disatu sisi aku merasa tak ada lagi yang membebaniku karena akhirnya kisah ini benar-benar telah berakhir. Tapi disisi lain, aku rasa kecewa. Inikah harga yang harus kubayar atas semua yang kulakukan selama ini.

“untuk apa menyuruhku menunggu bila kau sendiri tak bisa bertahan bahkan kurang dari separuh waktu yang kau janjikan. Mengapa menginginkan kesetianku bila akhirnya bukan aku yang kau pilih”

Akh… mungkinkah tanya ini cukup mewakili kekecewaanku? bilakah tanya ini membuktikan bahwa aku memang menyukainya? Yang kutahu, kau tak setia pada janjimu sendiri. Meski kecewa tapi tak tercipta sebuah elegi yang memungkinkan air mata alirkan duka.




Aku hanya menertawakan diriku yang begitu sempurna diantara apiknya ketololan yang kubuat sendiri. dulu ataupun nanti aku dan dia memang tak akan pernah bersama. Karena saat ia memilihku, aku mengabaikannya. Saat aku mulai percaya padanya, ia meragukanku. Dan saat aku menunggunya, ia meninggalkanku.


Aku akan terus mengingat ini.

Bukan karena ingatanku pada pria jangkung, tapi karena kisah ini bukanlah masalah atau masa lalu yang harus kubuang atau kuhilangkan.


Rabu, 21 September 2011

Stair Way to...



" Kontrakku di perpanjang setahun "
" Oh yach...Alhamdulillah "
" Tapi aku menolak "
" Kenapa? "
" Gajiku tidak berubah "
" Tidak apa-apa, sabar saja dulu, mungkin tahun depan "
" Iya kalau masih bisa di perpanjang lagi sampai tahun kedua, kalau tidak, itu artinya aku hanya akan menerima gaji seperti ini saja selama setahun kedepan"
" Ambil positifnya "
" Positif mana? Kamu gampang saja bilang begitu, Aku... Aku yang bekerja. Hari - hariku bergelantungan diantara besi-besi kokoh yang terpancang tinggi menjulang, sangat beresiko. Siang kepanasan, hujan kehujanan, tengah malam orang lain sudah tidur tapi aku kadang masih harus melek, besokpun tetap harus masuk pagi tanpa ada toleransi, bahkan sering pula tak tidur. ini kerjaan outdoor. Tanaga yang terkuras tak sebanding dengan hasil keringat yang kukantongi tiap bulannya. Belum lagi masalah klaim potongan sana-sini karena alasan telat ke kantor, tapi perih mataku menahan kantuk saat kerja lembur kadang tak di perhitungkan. Seringkali aku pergi lama, berhari - hari, berminggu - minggu, sampai berbulan - bulan, tapi saat kembali pulang, aku justru minus yang plus hanya lelah. Aku tidak minta terlalu banyak, sewajarnya saja, setidaknya peluhku berbanding sama dengan perutku "
" Tak bisakah kamu pertimbangkan lagi "
" Apa lagi? "
" Keluargamu, bukankah sejak Ayahmu pergi, kamu yang menggantikannya. Cicilan motor dan tagihan lain yang mesti dibayar atau rengek ponakanmu yang meminta sebungkus permen "
" Narik ojek kek atau apa saja "
" Kenapa sih kamu "
" Jangan terlalu mengintimidasi, ini aku, bukan kamu "


Dialog itu kemudian berakhir begitu saja. Entah aku bisa memahami gulanamu atau justru aku yang ingin kamu mengerti keadaanmu sendiri dan sedikit berdamai dengan takdir. Betapa banyak yang ingin sepertimu demi menyambung hidup, lantas mengapa kamu ingin membuangnya begitu saja dan mengabaikan janji manis Tuhan dibalik rasa sabar. Bukan suatu kesalahan memang bila kamu merasa tidak nyaman dengan kondisi yang tidak memihak, Mungkin pula bukan suatu kesombongan bila kamu berkata "kurang" dan meminta sedikit "lebih". Toh masih dalam koridor standar. Tapi, mungkin tidak sekarang.


Pernah kamu membaca biografi orang sukses, bahwa gelimangan kenyamanan yang menyertai mereka justru bergandeng erat dengan ketidaknyamanan diawal mereka melangkah. Hal yang membuat mereka bertahan adalah mimpi dan sabar. Mungkin kamu sudah punya mimpi, hanya saja belum bersabar.
Bersukurlah atas apa yang kamu punya, dengan begitu kamu bisa bersabar. Bersabarlah sebentar maka mimpimu tak lagi jauh.


Kamu telah lama menghilang.
Kemana.
Entah.
Tapi pesan ini kutitipkan untukmu.

Jumat, 16 September 2011

Kita Belum Memulainya


Kamu pergi lagi setelah tak berapa lama pulang. Pekerjaanmu membuat kita jarang terlihat bersama. Selalu begitu.
Pernah ku berfikir "apa harus begini?" "akankah seperti ini terus?"
Hehehe....pertanyaan itu terlalu posesif, terlalu mengikat langkahmu disisiku, sementara kepastian itu belum terlihat sama sekali, tak hanya samar, bahkan masih tanda tanya.

Lalu harus bagaimana?
Mengapa seumur hidup manusia selalu berselubung tanda tanya?
Kamu, Aku, Hidupmu, Hidupku, apa iya nantinya kita akan berjodoh?
Tak ada yang tahu kan!
Aku, Kamu, kita semua, tak ada yang bisa menjawab.
"Kita usahakan" itu katamu suatu hari saat ku iseng bertanya lagi
"Bagaimana kalo tidak bisa?" kataku lagi
"Aku akan memohon pada orang tuamu" Jawabmu kemudian.
"Kalau tetap tidak?" Tanyaku lagi
"Pokoknya kita harus memperjuangkannya" Jawabmu mulai tak nyaman.
"Seandainya kita memang tidak berjodoh, bisakah kamu ikhlas?" Nadaku serius
"Jangan bertanya lagi, hanya aku yang akan menikahimu" Jawabmu tegas, hampir marah bahkan.
Menatapmu dalam diam, mengamati wajahmu dalam gurat tak jelas, tapi aku menemukan satu hal yang ku percayai sendiri, kamu mencintaiku.
"Lalu kapan?" tanyaku kemudian, mencoba menimpali jawaban terakhirmu. Tapi tak ada jawaban. Tentu saja tak ada...pertanyaan itu hanya sampai di tenggorokanku, udara tak menangkap suara apapun untuk di getarkan langsung ke gendang telingamu.

"Kamu bersabarlah sayang, banyak hal yang harus dipersiapkan agar aku merasa pantas dan dapat memintamu pada orang tuamu" Katamu seolah mendengar pertanyaan yang tersendat di kerongkonganku.
"Sampai kapan?" sahutku malas.
"Sabar, semua ada jalannya, jangan tanyakan itu lagi karena membuatku semakin terbebani. kamu tahu persis keadaanku. Kamu cobalah mengerti dan menghargai setiap usahaku, aku siang malam bekerja juga untuk kamu, untuk kita. Semua akan indah pada waktunya"
Tak terhitung berapa kali sudah kau ucapkan hal serupa ini hanya untuk menenangkanku. Awalnya aku mungkin merasa tenang dan yakin tapi kemudian jawaban itu terlalu sering kudengar dan tak lagi membuatku merasa terpuaskan. Hm...mungkin aku butuh kepastian yang lebih pasti dari apa yang telah kita jalani saat ini.

Aku mencintaimu, tapi kamu masihkah seperti itu?

Bagiku cinta tak cukup terselesaikan dengan apa yang dirasa saat ini. Bagiku, Menikah bukanlah penyelesaian akhir tapi merupakan konsekuensi awal sebelum akhirnya cinta benar-benar diuji kesetiaannya dalam biduk rumah tangga dan berakhir indah di tarikan nafas terakhir dengan gelora cinta di dada yang masih sama seperti dulu, sejak pertama kali, ketika simbol cinta terlingkar dijari sebagai pertanda aku milikmu, kau milikku, selamanya.

Dan kita, belum memulainya.

Rabu, 18 Mei 2011

Kecewa

Kata ini mungkin akan selalu ada seiring hasrat manusia yang tidak sesuai dengan espektasi. Akh... lelah juga rasanya bila kembali bergelut dengan kekecewaan karena ia selalu saja hadir tak sendiri, ia kadang datang membawa temannya yang lain dan bersama mengacau hati.

Senin, 18 April 2011

Try to be a teacher

Mulai menikmati kesibukan baru...
hehee... (sok sibuk banget ya kedengarannya)
tapi iya juga sich, beberapa minggu terakhir aku mulai mengisi waktu yang sebenarnyapun tidak luang-luang amat untuk mengajar di salah satu lembaga bimbingan belajar. yah..hitung-hitung buat refresh knowledge biar ga hilang percuma sekalian nambah-nambah jajan. hehehe

Seru juga yach...ikut beberapa event, training, beradaptasi dengan teman baru, sharing, wow...it's nice. i love it !

This is my first experience.
Hm...gampang-gampang susah ternyata jadi tentor itu, butuh persiapan dan penguasaan materi yang ga setengah-setengah untuk mengajar adik-adik yang pengen pintar dan pastinya lulus SNMPTN tapi positif thinking ajalah... i can do that and i must do my best. Insya Allah.

Well...friends, mohon bimbingannya yach :)
May God bless me. Amin.

Kamis, 17 Februari 2011

MESSAGE from honey

Ketika rezki melimpah
Sesungguhnya Allah sedang mengajari apa arti sebuah rasa syukur

Ketika kau rapuh menghadapi masalah
Sesungguhnya Allah sedang mengajari tentang makna tawakkal untuk meneggakkan langkahmu

Ketika kita kehilangan sesuatu
Sesungguhnya Allah sedang mengajari arti sebuah keikhlasan

Dan ketika kau sedang mengalami musibah ataupun cobaan
Sesungguhnya Allah sedang mengajari arti sebuah kesabaran

Tetap SEMANGAT disetiap jengkal takdir yang Allah berikan

MESSAGES to honey

Apa kabar hati ?
Masihkah ia kuat, menantang garangnya hidup
Di atas puncak - puncak menara

Apa kabar hati ?
Masihkah ia tegar, menggenggam tekad
Dalam kepalan cinta yang tak mudah

----------------------------------------------------------------

Aku mencium wangi tubuhmu
Dijalan - jalan kenangan yang kulalui
Nalarkupun bertanya
Inikah representatif dirimu
Tuk temani sendiriku
Atau....
Akukah yang merindumu dalam nelangsaku

----------------------------------------------------------------

Senja...
Bukan sebuah kepastian menjadi akhir dari tetes keringatmu hari ini
Karena itu
Ku kirim pesan lewat senja dan bermunajah pada-Nya
Agar tetap memberi semangat dan kekuatan untukmu

----------------------------------------------------------------

Oh senja kembali kutitip rindu
Semoga berkenan engkau menyampaikan pada kekasihku
Tuhan....
Kusemat doa agar KAU selalu menjaganya untukku

Cinta

Cinta selalu baik dan sabar
Cinta tidak pernah kasar dan egois
Tidak menimbulkan sakit hati dan penyesalan
karena cinta...

Adalah perasaan tulus tanpa syarat

Rabu, 16 Februari 2011

Carut Marut Bangsaku

Sebenarnya geli juga nulis hal yang berbau politik, ntar di anggap sok tau lagi. Gimana nggak....!!! aku aja yang nonton berita malas, baca koran jarang, ngikutin perkembangan politik-hukum di Indonesia seadanya, ech...malah sok corat coret tentang ini.

Tapi gemas juga, ngeliat keadaan yang menurut pandangan awamku "nggak ada penyelesaian yang pasti" ditengah permasalahan yang datang silih berganti menyapa negeri tercinta ini.

Banyak hal yang membuat aku miris....
Bencana nggak ada habis-habisnya, yah mungkin untuk masalah ini tidak bisa terlepas dari reaksi alam yang mengganas akibat pengrusakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Global warming, issue yang lagi hangat-hangatnya dibicarakan dan coba dicarikan solusinya diseluruh belahan dunia. Dunia panik seiring bencana muncul dimana-mana. Hm...tapi gimana soal kerusakan lingkungan akibat industri yang tidak terencana dan dianggap sebagai bencana alam ? Hohoho...itu lain lagi kali yach.

Kemiskinan, yang katanya sudah mengalami penurunan, tapi toch masih banyak pemberitaan dimedia cetak maupun elektronik perihal kemiskinan yang belum tersentuh oleh pemerintah. Berbagai macam keluhan muncul, biaya rumah sakit mahallah, pendidikan cuma buat orang-orang berduit, cari kerja susah, dan lain lain dech cerita tentang ketidakmampuan masyarakat kita.

Politik, hm...ini yang tidak terlalu aku mengerti. Yang jelas ada rasa jenuh, gemas, dan lucu kalau lagi nonton para wakil rakyat berdebat. Segala macam teori, pendapat dan analisa dipaparkan, wuih...serasa pengen jadi politisi juga jadinya. Tapi bisa nggak sih ?

Suka bosan juga ngeliat segala sesuatunya di masuk-masukin ke politik demi kepentingan golongan, partai atau apalah namanya. Katanya mau berantas korupsi, tapi gimana bisa kalo hampir semua elemen yang terkait malah ikut bermain di dalamnya. Yang ada malah kasusnya nggak di proses, kalaupun di proses ya di perlambat, di belok-belokin kiri-kanan nggak jelas, buntut-buntutnya kabur, hilang, lenyap, kasus ditutup. Selesai. (itu sih versi yang aku tonton di TV yach)

Koruptor yang jelas-jelas merugikan negara sekian milyar sampai bertrilyun-trilyun, dihukum tidak sesuai dengan besar kesalahan dan kerugian akibat perbuatannya, di denda ala kadarnya. Ada juga koruptor masuk buih, tapi ya itu...fasilitasnya bak hotel, bisa perawatan di LP, jalan-jalan ke luar negeri juga bisa tuh. Sementara nenek yang mencuri asam karena kelaparan dihukum setegas-tegasnya. Kata sebagaian pakar yang aku dengar di TV hukum di Indonesia diibaratkan "tajam kebawah tumpul keatas". Hufft....Hukum di Indonesia masih bisa di percaya nggak sih ? Nggak tau dech, no komen...
Belum lagi kasus-kasus lainnya. Pajak, Century, penyelewengan inilah-itulah. Kita sih berharap semuanya dapat di selesaikan dengan baik dan benar sesuai hukum yang berlaku.

Yang lain masih dalam proses, eh ada lagi tuh masalah SARA. Ini juga salah satu yang bikin geram nich, aliran Ahmadiyah....baca kitab apa sih mereka, ngakunya Islam tapi tidak mengakui Muhammad sebagai Nabi, Bilangnya Islam tapi mengubah isi ayat suci Al-Qur'an. Itukan sudah menyimpang baget. Tidak perlu ditolelir. Bubarkan saja !!! Tidak usah ada istilah dialog, agama tidak bisa ditawar-tawar. Kalau masih mau tetap ada di Indonesia, jangan pakai payung agama Islam untuk menyebarkan aliran sesat itu, bikin murka Allah saja, sudah tahu salah, malah berkilah. Aku bilang sih mereka pendek akal, tidak memahami agama secara kaffah biktinya mau saja percaya sama si Gulam Achmad. Pemerintah harus tegas dong !!! Ormas-ormas bertindak anarkis terhadap kelompok Ahmadiyah ya karena mereka menilai pemerintah kurang tegas kepada kelompok yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya.

Nggak berapa lama kemudian...ada lagi yang iseng ngambil kain kafan dan jasad bayi dalam kubur. Buat apa sih? Ada - ada aja dech. Ada beberapa persepsi yang muncul, sebagaian berpendapat itu adalah ulah orang yang sedang menjalani ritual ilmu hitam, yang lain berpendapat, itu hanyalah salah satu cara untuk mengalihkan issue yang lagi hangat-hangatnya dibicirakan, apa lagi kalau bukan masalah century dan permasalahan para elit bangsa ini.
When it's over...???

Hm...pengen dech rasanya liat negeri tercinta ini aman, damai, sejahtera seperti dulu lagi. Pengen dech benar-benar merasakan dan mengatakan bahwa bangsi ini adalah bangsa yang besar, bangsa yang kaya, bangsa yang kuat, bangsa yang aman, bangsa yang berdaulat.

Harapan itu pasti ada dan selalu ada, dan telah dititipkan ke pundak para pemimpin bangsa ini agar dapat diwujudkan hari ini, besok dan selamanya. Amin.

Aku yakin. Mereka pasti mengerti apa yang tengah terjadi di negeri ini.
Mereka pasti memahami apa yang rakyat Indonesia inginkan.
Dan.. mereka pasti tahu apa yang terbaik untuk negeri tercinta Indonesia.

Dipundakmu kami titipkan, wahai petinggi bangsaku.
Jangan buat kami kecewa lagi.

Selasa, 15 Februari 2011

Untuk Mamaku Tercinta

Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang bagai kau
Sederhana dalam tingkah dan bicara
Serta sangat menyayangiku

Mama
Burung dara jantan nakal yang sejak dulu kau pelihara
Kini terbang dan menemui jodohnya

Mama
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah engkau cemburu
Hendaklah hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya
Aku mesti kau lepas pergi

( WS Rendra )

Senin, 14 Februari 2011

3Hati 2Cinta 1Dunia

Hm...cinta memang selalu punya cerita dan dilemanya sendiri, salah satunya seperti yang dikisahkan dalam film 3 hati 2 cinta 1 dunia ini.

Aku suka....!!!
kisah cinta beda keyakinan yang dikemas serealistis mungkin, natural, apa adanya dan terkesan tak dipaksakan, terlebih lagi karena unsur religi yang menjadi inti dari ceritanya pastilah member warna dan pesan bagi yang menontonnya. Mungkin alurnya tak jauh beda dengan kisah cinta lainnya, tapi sekali lagi, aku suka.... yach tentunya dengan berdasar pada selera dan penilainku sendiri.


"Nasib cinta, memang tidak ada yang tahu"

seperti itu yang tertulis di akhir film ini.
Yach...memang tak ada yang tahu....jodoh itu Tuhan yang atur dan kita tak akan pernah tahu sampai kita hidup dengan seseorang itu.

Minggu, 13 Februari 2011

Wisata Religi




Edisi jalan - jalan sore di masjid Dian Al-Mahri

Jumat, 11 Februari 2011

Sajak Lelah

Lelah kubertanya mengapa....
Jalani saja meski penuh tanda tanya
Kelak satu waktu pasti ada jawab
Meski tak lagi dipertanyakan

Kamis, 27 Januari 2011

Tepat malam ini, Dua tahun yang lalu (episode 2)

Berbeda dengan tahun pertama, memasuki tahun kedua, kisah ini tak seindah sebelumnya. Aku merasa ini sedikit lebih berat. Kita lebih sering bertengkar entah itu hanya karena masalah sepele atau memang masalah yang cukup besar. Komunikasi kita juga tak selancar biasanya. Dulu kita tak bisa dan memang tak ingin melewatkan hari tanpa tahu kabar masing-masing, tapi semakin hari, komunikasi itu semakin tak terjaga. Kau sering membuatku sedih tapi tak lagi suka menenangkanku saat aku gundah seperti yang selalu kau lakukan dulu. Kau sering emosi. Kau lebih suka mendiamkan masalah ketimbang menyelesaikannya dengan kepala dingin seperti yang selalu kita lakukan dulu. Aku sering kali mempertanyakan perasaanmu dan menyalahkanmu atas keadaan yang menurutku tak lagi seperti biasanya karena bagiku kaulah yang telah berubah dan mengubah sekian banyak hal dari kisah ini. Kau telah berubah, sangat berbeda. Dan aku yakin itu bukan hanya perasaanku saja seperti yang sering kali kau katakan padaku, karena aku mengenalimu, sangat mengenalimu.

Feelingku tak meleset jauh. Ada yang salah denganmu, ada yang tak biasa denganmu, kau memang telah berubah. Semua terjawab saat suatu hari kutemukan bukti dan sekaligus alasan perubahan sikapmu.
Kejutan luar biasa darimu….
Kau mengkhianatiku…!
Kau membagi cintamu dengan perempuan lain…!!!
Aku tak bisa dan sampai kapanpun tak akan pernah bisa menerima perlakuan ini apapun alasannya, termasuk saat kau memberiku alasan bahwa kau mendekatinya hanya karena ada maksud tertentu, kau mendekatinya justru karena rasa sayangmu yang lebih padaku, kau hanya ingin meminjam beberapa rupiah darinya untuk kau jadikan modal bisnismu agar keuntungannya kelak bisa kau pakai untuk melamarku.
Tidak…!!!
Demi Allah, aku tak bisa terima itu…!!!
Aku sakit…sangat sakit…teramat sangat sakit…!!!
Aku muak mendengar pengakuanmu, bahwa kau juga memperlakukannya semesra kau memperlakukanku. Cuih…!!!
Aku benci…!!!
Kau meluangkan waktu menemaninya ke suatu tempat, sementara kau hanya membuatkanku alasan agar tak menemaniku melewati hari ulang tahunku.
Kau bahkan rela menemui perempuan itu hanya dengan mengendarai angkot, sementara tidak adanya motor sering kali kau jadikan alasan padaku bila aku mengajakmu ke suatu tempat atau hanya sekedar memintamu menemaniku di rumah.
Kau percaya bahwa perempuan yang baru kau kenal itu bisa membantumu, memberimu solusi atas permasalahanmu, sementara aku kekasihmu, sering kali kau membentakku saat aku bertanya apa kau ada masalah, tak jarang kau menghindar dan menolakku dengan sikap arogansimu saat kucoba berbicara dan berniat untuk membantumu.

Aakhhh….Emosiku tak pernah bisa tertahankan bila harus teringat semua itu…!!!

Hatiku terlampu hancur, aku tak percaya kau membalas ketulusanku dengan sebuah pengkhianatan. Sama seperti saat aku menerima cintamu, aku tak butuh banyak waktu tuk berfikir, aku meninggalkanmu hari itu juga.

Kau masih mencintaiku…mungkinkah itu alasan sebenarnya hingga kau tak bisa menerima kepergianku ? Entah berapa banyak hari yang kita habiskan hanya sekedar untuk berdebat, menangis, menyesal, memohon, dan berspekulasi atas masalah yang begitu menyakitkan ini. Kau memohon agar ku tak meningggalkanmu, tapi perih itu begitu menyayat, mencabik kepercayaan yang kutanamkan padamu. Aku tak bisa bersamamu tapi juga berat meninggalkanmu. Namun sakit itu yang akhirnya memenangkan emosiku. Aku pergi.

Sekuat tenaga kusembuhkan lukaku, dan aku begitu rapuh untuk melakukannya sendiri, hingga seorang teman yang ku tahu ia juga menyayangiku datang padaku, menemaniku, membantuku mengobati lukaku dengan caranya sendiri. Aku tak lagi mengandalkan feelingku seperti yang kulakukan padamu, yang kutahu dia menyayangiku, aku tengah terluka, dan aku butuh tempat untuk bersandar, lalu mengapa tidak kusandarkan saja kepalaku dibahunya meski tak serta merta luka itu sembuh, setidaknya aku bisa menangis disana dan mungkin akan merasa lebih baik.
Dan aku melakukannya….!!!
Aku memilih melangkah disisinya, memulai semuanya dari awal, sangat awal.

Aku masih mencintaimu, bahkan masih sangat mencintai setelah luka yang kau toreh. Karena itu hari-hariku masih berhias rindu padamu. Ternyata perasaan kita masih begitu kuat, dan untuk kesekian kalinya kita bersitegang, semua demi satu alasan. Cinta kita. Alasan itu sungguh membuatku rapuh dan kembali ingin jatuh dipelukanmu, namun aku tak bisa seenaknya mempermainkan perasaan temanku yang kutahu juga tulus padaku. Akh…tak masalah mungkin bila aku mencampakkannya sebelum aku dan dia mencipta lebih banyak kisah indah, tapi hatiku tak tega. Aku tahu rasanya sakit, aku juga tak ingin menyakiti karena tak ingin tersakiti lagi. Karena itu, aku bertahan dengan keputusanku walau harus mengorbankan rasa lain disisi lain hatiku.

Takdir…
Bisakah ini dikatakan takdir bila pada akhirnya saat ini kita kembali bersama sesaat saja setalah aku memilih untuk sejenak bersandar dibahu temanku. Akh…kisah ini menguras banyak emosi dengan segala kejadian-kejadian yang tak terduga.

Kebersamaan itu menjadi milik kita lagi.
Jika sebelumnya sakitku merajai emosiku, saat ini cintakulah yang kini telah dapat berkompromi dengan sakit itu dan berharap agar tak lagi ada luka lain yang mungkin kembali dapat mempertaruhkan janji dan keinginan kita untuk dapat terus saling mencintai dan memiliki selamanya.

Kau kini kudekap lagi. Tapi terkadang aku merasa sedang tak mendekapmu, kau masih belum sepenuhnya berubah seperti kau yang dulu saat pertama kali kau datang padaku. Aku percaya, perasaan ini bukan karena pengalaman buruk cinta kita kemarin, tapi karena kau memang tak sehangat dulu lagi. Kerikil-kerikil kecil masih sering menyandung langkah kita selepas masalah itu dan perubahan sikapmulah yang sebenarnya membuatku sesekali meragu dan bertanya “benarkah kau masih mencintaiku seperti yang dulu?” “masihkah kau ingin berjuang sekuat tenaga untuk bisa mempersuntingku”?

Kau tahu persis alasan mengapa saat ini aku masih berada disisimu.
Aku punya segudang mimpi indah tentang kita, aku juga punya sejuta rencana sempurna untuk hidup kita kelak. Dan kau….? Apa kau juga punya semua itu?


Aku mungkin belum bisa bertemu dengan dirimu yang dulu, tapi aku sangat menghargai usahamu untuk membuatku tetap merasa dimiliki olehmu. Adalah sebuah kesalahan, bila aku terus menuntut padamu sementara aku sendiri kadang tak mampu memberi sebanyak apa yang kuterima darimu. Aku tak sempurna dan sampai kapan tak akan pernah bisa sempurna. Banyak hal yang kulakukan, dan beberapa diantaranya mungkin telah membuatmu terluka dan kecewa. Tapi aku tak pernah berhenti berusaha membuatmu bahagia. Dibalik ketidak sempurnaanku yang begitu jelas terlihat aku selalu berusaha membuatmu memandangku sebagai yang terindah

Aku mungkin terlampau merindukan sosok dirimu yang dulu, tapi aku tak akan memaksa lagi. kau yang dulu tak mesti selalu indah, dan kau yang sekarang tak lantas selalu buruk. Iya kan…?
Jadilah dirimu sendiri dan buat aku mencintaimu dirimu yang sebenarnya, bagaimanapun kau adanya.
Hari ini…
Dua tahun sudah kita saling mengisi satu sama lain. Semoga kebersamaan kita membawa nilai positif untuk diri kita masing-masing dan juga orang lain disekitar kita. Selalu tersemat doa diujung sujudku agar apa yang menjadi mimpi kita didengar dan diijabah Allah. Amin.

Kakak….
Jangan pernah menyesali keberadaanku disisimu, karena akupun tak pernah.
Satu hal yang pasti dariku, aku menyayangimu.
Percayalah….!!!

wrote on 12 Oktober 2010

Tepat malam ini, Dua tahun yang lalu (episode 1)

Tepat malam ini, dua tahun yang lalu…
Kita mengikrarkan hati untuk saling terikat dalam satu rasa yang indah.

Ya..semua berawal pada sebuah pertemuan yang tak disengaja, pada sebuah perkenalan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Kisah pertemuan kita mungkin bukanlah sebuah kisah yang luar biasa, karena aku yakin bukan hanya kita, banyak orang yang bertemu seperti kita bertemu, banyak juga yang awalnya saling mengenal seperti kita akhirnya dapat saling mengenal.

Aku dan kau dapat saling menyapa karena diperkenalkan oleh seorang temanku yang ternyata juga temanmu. Dengan bermodal nomor handphoneku yang kau dapat dari temanmu, kau memberanikan diri menyapaku. Seperti biasa, aku tak pernah terlalu hangat pada seseorang yang baru kukenal apalagi waktu itu aku tak tahu seperti apa dan bagaimana dirimu. Satu-satunya hal bisa kukenali hanyalah suaramu. Itulah awal ku mengenalmu.

Meski menurutku, aku tak ramah padamu, tapi sepertinya kau memiliki niat baik untuk tetap melanjutkan perkenalan ini menjadi sebuah pertemanan. Sering kali kau sms, beberapa kali menelponku, kemudian suatu hari kau menawari untuk bertemu dan ku iyakan.
Hingga suatu sore, dihari Ahad, selepas jam kantor, kau menyambangiku di kantor sekaligus mengantarku pulang kerumah. Yah…seperti itulah hingga akhirnya aku dapat bertemu langsung denganmu.

“Kau mengagumiku”. Tak sulit bagiku untuk menyimpulkan hal se ge -er itu. Jelas kutangkap dari caramu berbicara padaku bahkan sebelum kita bertemu sekalipun, dan semakin jelas kulihat setelah pertemuan kita sore itu.
Bagiku, kau bukan pria yang istimewa. Lagi-lagi aku menyimpulkan ini sebelum aku bertemu denganmu dan hanya berdasar pada feelingku bahwa tak salah lagi kau pasti suka padaku. Hehehe.
Aku memang tak begitu geregetan pada pria yang tak bisa menyembunyikan perasaannya pada seorang wanita. Menerutuku, pria seperti itu gampang di tebak dan tidak cool. Aku termasuk type wanita yang suka pria tak banyak tingkah tapi keren, tak banyak bicara tapi pintar, tak suka merayu tapi romatis, tak suka berlebihan tapi penuh perhatian , tak suka gombal tapi banyak kejutan, cuek tapi butuh.

Entah bagaimana aku bisa begitu yakin bahwa kau menaruh hati padaku, dan aku semakin yakin dengan perasaanku saat kau menatapmu. Benar saja, dua hari setelah pertemuan itu, kau menelponku. Niatmu mungkin ingin berbasa-basi dulu supaya bisa mengatakan perasaanmu seromantis yang kau mampu. Tapi, untuk soal merangkai kata-kata romantis, aku mungkin selangkah lebih lihai darimu, karena sejak SMP aku suka dan sering menulis puisi dan cerpen, meski hasilnya juga tak bagus-bagus amat. Dengan entengnya aku memotong ucapanmu dengan tebakan yang kupastikan 99% benar, “kau suka padaku, kan..?” kau terdiam untuk beberapa detik, lalu “iya” jawabanmu membuat senyumku mengembang, feelingku memang benar.

Kau meminta jawabanku secepatnya, kalau bisa malam itu juga meski sudah kukatakan akan kuberi tahu jawabanku minggu depan. Tak perlu kutebak lagi, kali ini aku yakin sepenuhnya kau pasti sangat bahagia karena kukabulkan keinginanmu untuk mendengar jawabanku malam itu juga, dan terlebih lagi karena aku merespon dengan baik perasaan baikmu terhadapku. Ya…aku menerimamu menjadi kekasihku.

Aku teringat dua hari sebelum malam itu. Kau akhirnya mengampiriku setelah sempat berfikir untuk tak bertemu saja karena alasan malu dengan penampilan kumalmu. Dan aku sempat illfeel, bukannya kau yang ingin sekali bertemu dan hanya alasan konyol itu juga yang membuatmu ciut.
“Hugh…kalau merasa kumal, mengapa tak berpenampilan rapi dari rumah, ada-ada saja” (keluhku waktu itu).
“ya sudah aku pulang saja” sms itu kukirim untukmu, aku mungkin kecewa bukan karena tak jadi bertemu denganmu tapi karena menurutku kau hanya menyita setengah waktu dari perjalanan pulangku saja. Tapi beberapa detik kemudian, kau muncul di depanku. Kau melepas helmmu dan bertanya “Rasda ya?” “iya” jawabku singkat. Kau terlihat grogi, tapi itu tak lantas membuang pandanganku darimu. Rambutmu gonrong, kau hanya tinggi beberapa senti dariku, penampilanmu juga tak begitu menarik, tapi lumayan, kau manis juga. Hehehe.
Kau sodorkan helm padaku, hm…taktik yang bagus, dengan mengantarku pulang kau akan tahu rumahku, dan itu artinya kau akan sering bertamu. Motormu melaju tenang di tengah gerimis hujan yang kian lama kian deras. Kita berteduh di sebuah ruko bersama dengan beberapa orang yang juga kehujanan. Dan saat hujan mulai reda, aku mengajakmu untuk melanjutkan perjalanan. Setibanya dirumah, aku tak menyangka kau akan bertamu sebegitu lamanya, betah sekali kau berdiam dirumahku hingga pukul sepuluh malam kau baru pamit pulang. Mungkin kau merasa senang bertemu denganku ditambah lagi karena kita tak perlu waktu lama untuk beradabtasi agar bisa saling mengakrabkan diri karena beberapa minggu sebelumnya kita memang sudah sering bertegur sapa lewat sms dan bersenda gurau via telpon.

Tak disangka, perkenalan dan pertemuan sederhana itu hanya menyisakan sedikit waktu untuk kita berteman, dan selebihnya justru makin mengeratkan hati kita pada satu komitmen indah, 12 Oktober 2008 tepat malam ini, dua tahun yang lalu.

Sejuta kisah mengiri perjalanan kasih ini. Dan sungguh, ini tak sesederhana pertemuan kita, tak juga semudah komitmen kita tercipta. Seribu satu cerita mewarnai hari-hari yang terlewatkan. Awal yang sederhana dan terkesan begitu cepat, namun semua terasa pasti seiring kekagumanmu yang tak pernah hilang dan semakin mantap setegas janjimu menjadikanku wanita terakhir dihati dan hidupmu. Semua semakin terasa sempurna karena ketulusan yang kuberi untukmu memanglah terlahir dari rasa sayangku yang tumbuh kian indah dari hari ke hari. Kau mencintaiku seutuhnya dan aku mencintaimu sepenuhnya. Kita saling mencintai dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita punya.

Kita begitu bangga dengan perasaan ini, dan bahkan pernah bermimpi kemesraan ini tak akan pernah berubah meski usia kita tak muda lagi. Kita pun pernah bercita-cita bahwa kisah ini, kedekatan ini akan menjadi inspirasi banyak orang terlebih untuk anak cucu kita kelak. Kita ingin menjadi contoh untuk semua bahwa seperti inilah harusnya bila mencintai dan dicintai.

Kasih kita tetap indah dan romantis walau harus terpisah jarak dan waktu karena tuntutan pekerjaanmu saat itu. Tahun pertama berlalu dengan begitu indahnya meski beberapa kali kita berselisih paham, bertengkar untuk hal kecil atau untuk hal yang bersifat prinsip sekalipun. Satu persatu masalah terlewati tanpa mengubah sedikitpun rasa dihati kita.



12 Oktober 2010